Pagi ini cerah, jumat ke-5 di bulan Mei.
sumilir angin di teras rumah menemani kopi putihku disudut teras rumah kecil berwarna orange lumut. ada ya? orange lumut? ya...krn sudah bertahun-tahun tidak ganti cat sehingga sudah lumutan :)).
Sobat spesial...
seringkali para orang tua dengan anak kebutuhan khusus inginkan cara instan untuk mengatasi permasalahan anaknya.
dan rata-rata sebagai puncaknya.... puncak gejala suatu diagnosa adalah keterlambatan dan atau gangguan perkembangan bahasa dan wicara.
sekali lagi perlu ditekankan bahwa itu adalah ibarat gunung es dan kita musti menyelami sampai ke dasar samudera salju untuk bisa meraba dimanakah sumber / dasar gunung es nya. Kita benahi disana berkaitan dengan fungsi dari struktur otak (brain development) .
Intinya, anak dengan keterlambatan / gangguan bahasa tidak harus terapi bicara (speech therapy) namun perlu ditelusuri sebab musabab brain functionalnya melalui sensory integration and praxis test atau tool lain yang berkaitan dengan brain development. Memang terkesan kurang fungsional dalam hal latihan dan terapi nya secara kasat mata. Namun kita juga harus menelaah bahwa anatomis syaraf pusat kita tidak terlihat kasat mata juga kaan? :))
Sekian blog hari ini... selamat beraktifitas sobat... tetap sabar dan teliti ya... amin
“MERAIH CAHAYA UNTUK ANAK-ANAK SPESIALKU”
Kamis, 30 Mei 2013
Minggu, 19 Mei 2013
Pemenang Lomba pada : "PERAYAAN SATU DASAWARSA DAYA PELITA KASIH CENTER" karya : Anwar Istanto
PENDAHULUAN
Ucapan terima kasihku kepada Tuhan YME yang telah memberikan
kesempatan yang baik ini untuk bertutur sedikit perjalanan hidup dan sentuhan
kasih (insya allah) dari saya untuk para anak berkebutuhan khusus ( dalam karya
tulis ini saya sebut ABK).
Senang sekali bisa berbagi untuk menyebarluaskan pertempuran
pribadi saya melawan rumitnya permasalahan yang menghinggapi anak – anak
sepsial ini.
Kiranya tidak perlu berpanjang kata untuk segera berbagi
cerita dan pengalaman serta sedikit pengetahuan metode mendidik ABK pada
material berikut.
Salam professional..
MERAIH CAHAYA UNTUK ANAK SPESIALKU
1
Awal
Memulai Menjadi Terapis ABK
Dimulai
pada tahun 1999, sebuah periode yang memang sedang merebaknya penanganan anak
dengan kebutuhan khusus, dan orang sering menyebutnya “terapi autis”. Pada
tahun tersebut bertepatan dengan tahun kelulusanku dari sebuah kampus yang
memang mendidik kami menjadi insan terapis. Baik untuk anak, dewasa, manula dan
umum, tergantung peminatan masing-masing mahasiswa kearah mana mereka akan
memfokuskan diri.
Pada
tahun tersebut pula sedang ramai dibicarakan orang dan media tentang diagnostik
dan pusat – pusat terapi yang didirikan dimana-mana. Semua pihak hampir
mengklaim diri sebagai “pusat” penanganan anak autistic, sehingga sering
disebut “center” dalam bahasa Inggris.
Di bangku kuliah , khususnya di ilmu
kesehatan anak (IKA) da dalam kamus kedokteran disebut pediatric, belum banyak
disinggung tentang permasalahan autism, sehingga setelah di lapangan / klinis,
kami terapis banyak belajar otodidak maupun dari seminar- seminar yang juga
ramai diadakan di Jakarta. Pembekalan tentang anak berkebutuhan khusus masih
dalam lingkup anak cacat otak ( cerebral palsy) , syndrome down, minimal brain
dysfunction (MBD) , motor delay dan speech delay.
Tahun 1999 adalah tahun awal perkenalan
saya pada dunia ABK (anak berkebutuhan khusus) yang kelak dikemudian hari
semakin dikerucutkan menjadi diagnose dengan tipe – tipe yang lebih spesifik
dan penanganan yang modern.
Pelatihan
pertama yang aku ikuti adalah mengenai analisis perilaku terapan (ABA : applied
behavior analysis) di Universitas Kristen Atma Jaya.
Metode ini menekankan pembentukan
perilaku dan kepatuhan anak sehari –hari terhadap perintah-perintah verbal dari
orang lain. Aku menggunakan metode ini dalam masa awal penanganan ku pada anak
autistic maupun anak dengan gangguan lain selain autistic, dan belakangan
kusadari bahwa metode tersebut tidak diperuntukkan untuk semua tipe kasus pada
anak.
2
Bersama
Waktu Aku Menjadi Bisa
Enam
bulan lamanya aku mempraktekkan metode ABA. Dengan mengikuti pelatihan, membaca
buku, browsing internet dalam keseharianku demi meraih cahaya untuk anak – anak spesialku.
Pengalaman demi pengalaman aku catat seiring dengan pasien yang aku tangani
setiap hari. Bagaimana komentar orang tua saat aku melakukan suatu tindakan aku
catat. Sesuatu yang positif aku tanamkan benar-benar agar tidak lupa keesokan
harinya. Namun ada pula komentar yang negative…. Ah… lupakan saja… walaupun
sulit dan seringkali terbawa dalam lamunanku sebelum tidur.
Waktu
demi waktu kujalani untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak-anak ABK.
Karena mereka adalah anak-anak berkekurangan yang memang layak untuk diberikan
pertolongan segera, selagi usia emasnya belum berakhir, atau paling tidak
dibawah 5 tahun. Sayangnya ada beberapa yang datang dengan usia yang tidak lagi
mudah dibentuk, 8,9,10 thun dan seterusnya. Namun apa boleh buat, kita tetap
berikan program yang sekiranya dapat membantu dan dapat dikerjakan.
Pembelajaranku
berikutnya adalah tentang metode sensori integrasi. Dalam metode ini kita
dibimbing untuk memahami permasalahan sensorik anak (dalam bahasa awam
permasalahan panca indera), walaupun dalam prakteknya tidak sedikit yang
mengalami permasalahan motorik (gerakan fisik), yang memang merupakan basis
keilmuan saya yaitu terapis fisik.
Memang
perbedaan antara metode ABA dan sensori integrasi cukup jauh. Namun ada satu
titik temu yaitu pembentukan sikap dan perilaku yang lebih adaptif, melalui
jalur yang berbeda antar keduanya.
Dan
keduanya berujung pada kemandirian anak sebagai tujuan jangka panjangnya.
Cukup lama aku menggunakan metode ini
untuk bekerja dan menolong anak-anak dengan kebutuhan khusus. Pelatihan demi
pelatihan saya ikuti, juga diskusi –diskusi dengan teman. Workshop; baik di
dalam maupun diluar negeri. Metode ini cukup pesat berkembang dan banyak
kecocokan dengan beragam permasalahan yang melingkupi ABK, karena lebih
fleksibel.
Pergulatanku
sehari-hari dengan anak ABK secara tidak langsung memaksa aku untuk masuk ke
dunia mereka. Terutama dalam hal perilaku dan respon mereka terhadap pengajaran
terapis dan aktifitas apapun. Perilaku merupakan gejala yang paling nampak pada
anak abk disamping keterlambatan wicara.
Bekerja di sebuah center anak
membutuhkan kesabaran, ketelitian dan kemauan yang tinggi untuk belajar. Dan
yang paling penting adalah menyukai dunia anak beserta permasalahannya.
3
Aku
Bergelut Dengan Metode Tak Berujung
Sedemikian rumitnya permasalahan pada
ABK (anak berkebutuhan khusus) sehingga banyak pakar yang berusaha memberikan
solusi melalui cara-cara penanganan yang baru. Pada masa itu ( tahun
2000 an) yang terkenal diantaranya pengobatan balur ; upaya mengeluarkan logam
berat dan racun pada tubuh anak autistic melalui proses bio-kimiawi pada
permukaan tubuh. Juga ada yang menggunakan metode tusuk jarum, pengobatan
herbal dan cara lain yang sebagian tidak masuk akal (terapi alternative yang
tidak berdasar).
Juga
semakin banyak dan sering diadakannya seminar – seminar dan pelatihan bagi
orang tua maupun terapis tentang metode terkini. Ada juga yang disebut
biomedical treatment, diet Casein dan Gluten ( CFGF) ; anak dilarang
mengkonsumsi tepung terigu dan susu sapi, dengan menggunakan teori alergi.
Para
orang tua dan ada beberapa yang goyah pendirian. Merasa bingung metode mana
yang harus diberikan untuk anak kesayangan mereka. Karena terlalu dijejali
dengan informasi yang simpang siur tidak mengerti bagaimana kejelasannya, ada
juga yang tertipu pada beberapa center yang mengkaryakan terapis tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Nah, disinalah peran kita untuk
mengarahkan kepada mereka, bahwa tidak semua metode yang sedang “booming” harus
serta merta diterapkan. Yang kadang justru membuat keadaan anak ABK menjadi
lebih buruk dan terus memburuk sehingga akan semakin sulit untuk dilakukan
koreksi dalam terapi.
Sesuai
atau tidak sesuai sebuah treatment untuk anak ABK, ditandai dengan :
peningkatan pada kenyamanan diri anak, perbaikan atensi, ketenangan dan
kooperatifitas/ perbaikan perilaku
sehari-hari. Sehingga satu metode hebat akan berefek baik pada seorang anak,
namun bukan berarti akan cocok dengan anak yang lain. Dikarenakan permasalahan
dan kebutuhan yang berbeda bagi perkembangan mereka.
Untuk
menentukan terapi yang paling cocok bagi anak autis pada awalnya perlu
dilakukan asesmen atau pemeriksaan menyeluruh terhadap anak itu sendiri.
Asesmen itu bertujuan untuk mengetahui derajat keparahan, tingkat kemampuan
yang dimilikinya saat itu, dan mencari tahu apakah terdapat hambatan atau
gangguan lain yang menyertai. Biasanya terapi yang diberikan adalah terapi
untuk mengembangkan ketrampilan-keterampilan dasar seperti, ketrampilan
berkomunikasi, dalam hal ini keterampilan menggunakan bahasa ekspresif
(mengemukakan isi pikiran atau pendapat) dan bahasa reseptif (menyerap dan
memahami bahasa). Selain itu, terapi yang diberikan juga membantu anak autis
untuk mengembangkan ketrampilan bantu diri atau self-help, ketrampilan
berperilaku yang pantas di depan umum, dan lain-lain. Dengan kata lain, terapi
untuk anak autis bersifat multiterapi.
4
Menjadi
Propfesional Dalam Tim Penolong
survey pembelajaran luar kelas |
Tahun
2002 aku bergabung dengan tim komite di sebuah center di Jakarta Barat. Tugas
tim itu adalah merancang program-program khusus yang bersifat fungsional, bisa
dijalankan dan mempunyai efek pada perkembangan anak ABK.
Sebuah tim yang lengkap multiprofesi,
seminggu sekali mengadakan meeting membahas perkembangan anak dan mencari
solusi jika ada hambatan.
Didalam
tim inilah aku banyak belajar sudut pandang prodesi lain mengenai permasalahan
anak dan bukan hanya sudut pandang dari kita saja. Tujuannya adalah selalu
memanfaatkan opini kedua (second opinion) dalam menyikapi hambatan pada anak
berkebutuhan khusus.
Pendapat
multiprofesi adalah penting agar tidak terjadi kemungkinan kesalahan karena
hanya menggunakan satu persepsi saja , dikarenakan permasalahan pada anak ABK
adalah tidak sederhana, tapi kompleks, dari mulai permasalahan perilaku,
motorik kasar, motorik halus, wicara dan kesulitan dalam hal akademik, maupun
terlalu cepat dalam memplajari hal-hal tersebut sehingga ada aspek – aspek lain
yang tertinggal.
4
|
Hal
seru yang pernah aku alami adalah saat membuat program luar kelas berupa
pengenalan linkungan . biasanya kami pergi ke pusat perbelanjaan (pasar / mall
/ supermarket) , hutan , pusat bermain anak dan kebun the di puncak, Jawa
Barat.
Dalam acara luar kelas ini, target
kita adalah kemampuan anak ABK untuk menggunakan pengetahuan yang di dapat di
dalam kelas keluar kelas, dapat juga memberikan rangsangan social dan
pengalaman baru, yang bagi sebagian anak ABK merupakan hal penting untuk
belajar merespon dengan tepat tugas dan aktifitas luar kelas. Disilah kemampuan
mereka kita aplikasikan dalam hal :
-Bagaimana cara mempergunakan alat jual
beli berupa mata uang.
-Bagaimana menggunakan alat
transportasi umum,
-bagaimana melakukan transaksi di
bank,
-bagaimana menggunakan telepon umum
dan telepon genggam
-bagaimana mengirim email dan sms
-bagaimana menanam dan memanen
tanaman
-bagaimana memasak hasil panen
(singkong, jagung)
-bagaimana beraktifitas di dapur
- bagaimana kemandirian memakai
pakaian.
-dll
Sedangkan aktifitas di hutan dan di
kebun teh biasanya program yang kami berikan adalah :
-mengajarkan survival skill , anak
diberi peta untuk mencari sumber mata air (digunakan : air mineral)
-anak diajarkan membuat jembatan
sederhana untuk melewati lembah / cekungan berair / sungai
-anak diajarkan mencari buah buahan
-anak diajarkan untuk mampu bermain
mainan yang tidak biasa ada dirumah, melainkan permainan di alam
- anak diajarkan survival skill
dengan menyeberangi sungai dengan bantuan tali, ketinggian air diatur setinggi
lutut anak , berguna saat terjadi banjir ataupun keadaan darurat lain agar anak
tidak mudah panik dan tetap dapat memahami instruksi
-anak diajarkan beternak dengan
merawat kelinci dalam kandang dan member makan.
-bersama teman-teman melakukan
perjalanan dalam 1 wadah armada, sehingga ada interaksi dan kebersamaan.
Pada
beberapa anak , menunjukkan respon yang positif saat diajak untuk ikut
aktifitas luar kelas, mereka bisa tertawa bebas, berekspresi sesuai dengan
perasaan mereka saat itu, juga terbebas dari sekat-sekat kelas yang membuat
gerakan mereka menjadi terbatas.
Senang
sekali bisa memberikan sesuatu yang berbeda buat mereka. Dengan upaya seperti
inipun terkadang pada beberapa anak masih sulit untuk bisa belajar dari
pengalaman mereka. Maka itu, kunci kesabaran harus dukedepankan dan berharap
titik peka rangsang mereka segera hidup dalam menyambut seberkas cahaya ini.
5
Tetap
Konsisten Menggeluti Profesi
Tahun
2011 aku meninggalkan tim untuk kemudian bergabung dan membentuk tim baru
bersama teman – teman seprofesi. Tujuannya adalah murni sosial / non profit
sebagai organisasi profesi ( dalam hal ini “Fisiopedi”). Sementara pekerjaan
mengajar sebagai terapis tetap berlangsung dan tidak akan kutinggalkan.
Organisasi ini sering menjadi penggerak dalam membuat pelatihan-pelatihan
terapis, melakukan bakti sosial ke TK dan PAUD di pinggiran kota Jakarta dengan
tujuan untuk mensosialisasikan tema anak berkebutuhan khusus sekaligus
bagaimana cara mendeteksinya. Dari organisasi inilah aku bisa memberikan
sumbangsih pemikiran untuk pemerintah melalui direktorat keterapian fisik
bersama sejawat okupasiterapis dan terapis wicara untuk menyusun pedoman
pelayanan keterapian fisik pada tumbuh kembang anak pada bulan November tahun
2012 yang lalu. Senang sekali bisa membantu pemerintah dalam memikirkan anak-
anak special di Indonesia.
Menjadi
professional di bidang anak akan lebih membahagiakan jika kita memiliki peran
yang lebih luas dan tidak hanya terpaku pada terapi nya saja. Terapi memang
perlu, namun tidak perlu menjadi tujuan satu – satunya dalam berkiprah untuk
anak special. Masih banyak celah dan kesempatan untuk dapat mengembangkan diri
dan mencurahkan pemikiran terhadap mereka. Sementara ini yang masih aku
kerjakan adalah memberikan terapi paripurna, namun masih terbatas pada golongan
orang yang berpendapatan menengah ke atas, sedangkan anak-anak special yang
kurang beruntung belum terjangkau olehku, dikarenakan banyak sebab. Aku
berharap pemerintah dapat lebih pro aktif tentang kebijakan perterapian agar
lebih terjangkau dan merata bagi anak – anak special.
Saya
berharap semua yang membaca tulisan ini juga tergerak hatinya untuk tetap
konsisten memberikan pelayanan terbaik bagi anak dengan kebutuhan khusus. Mari
bersama
kita sambut seberkas cahaya itu ……
untuk anak special kita….. semoga Tuhan memberkati kita semua.
***
Langganan:
Postingan (Atom)