Kamis, 30 Mei 2013

Tips memilih jenis terapi dan utamakan functional learning

Pagi ini cerah, jumat ke-5 di bulan Mei.
sumilir angin di teras rumah menemani kopi putihku disudut teras rumah kecil berwarna orange lumut. ada ya? orange lumut? ya...krn sudah bertahun-tahun tidak ganti cat sehingga sudah lumutan :)).
Sobat spesial...
seringkali para orang tua dengan anak kebutuhan khusus inginkan cara instan untuk mengatasi permasalahan anaknya.
dan rata-rata sebagai puncaknya.... puncak gejala suatu diagnosa adalah keterlambatan dan atau gangguan perkembangan bahasa dan wicara.
sekali lagi perlu ditekankan bahwa itu adalah ibarat gunung es dan kita musti menyelami sampai ke dasar samudera salju untuk bisa meraba dimanakah sumber / dasar gunung es nya. Kita benahi disana berkaitan dengan fungsi dari struktur otak (brain development) .
Intinya, anak dengan keterlambatan / gangguan bahasa tidak harus terapi bicara (speech therapy) namun perlu ditelusuri sebab musabab brain functionalnya melalui sensory integration and praxis test atau tool lain yang berkaitan dengan brain development. Memang terkesan kurang fungsional dalam hal latihan dan terapi nya secara kasat mata. Namun kita juga harus menelaah bahwa anatomis syaraf pusat kita tidak terlihat kasat mata juga kaan? :))

Sekian blog hari ini... selamat beraktifitas sobat... tetap sabar dan teliti ya... amin

Minggu, 19 Mei 2013

Pemenang Lomba pada : "PERAYAAN SATU DASAWARSA DAYA PELITA KASIH CENTER" karya : Anwar Istanto



PENDAHULUAN


Ucapan terima kasihku kepada Tuhan YME yang telah memberikan kesempatan yang baik ini untuk bertutur sedikit perjalanan hidup dan sentuhan kasih (insya allah) dari saya untuk para anak berkebutuhan khusus ( dalam karya tulis ini saya sebut ABK).
Senang sekali bisa berbagi untuk menyebarluaskan pertempuran pribadi saya melawan rumitnya permasalahan yang menghinggapi anak – anak sepsial ini.
Kiranya tidak perlu berpanjang kata untuk segera berbagi cerita dan pengalaman serta sedikit pengetahuan metode mendidik ABK pada material berikut.
Salam professional..




MERAIH CAHAYA UNTUK ANAK SPESIALKU

1        Awal Memulai Menjadi Terapis ABK


            Dimulai pada tahun 1999, sebuah periode yang memang sedang merebaknya penanganan anak dengan kebutuhan khusus, dan orang sering menyebutnya “terapi autis”. Pada tahun tersebut bertepatan dengan tahun kelulusanku dari sebuah kampus yang memang mendidik kami menjadi insan terapis. Baik untuk anak, dewasa, manula dan umum, tergantung peminatan masing-masing mahasiswa kearah mana mereka akan memfokuskan diri.
            Pada tahun tersebut pula sedang ramai dibicarakan orang dan media tentang diagnostik dan pusat – pusat terapi yang didirikan dimana-mana. Semua pihak hampir mengklaim diri sebagai “pusat” penanganan anak autistic, sehingga sering disebut “center” dalam bahasa Inggris.
           
Di bangku kuliah , khususnya di ilmu kesehatan anak (IKA) da dalam kamus kedokteran disebut pediatric, belum banyak disinggung tentang permasalahan autism, sehingga setelah di lapangan / klinis, kami terapis banyak belajar otodidak maupun dari seminar- seminar yang juga ramai diadakan di Jakarta. Pembekalan tentang anak berkebutuhan khusus masih dalam lingkup anak cacat otak ( cerebral palsy) , syndrome down, minimal brain dysfunction (MBD) , motor delay dan speech delay.
           
Tahun 1999 adalah tahun awal perkenalan saya pada dunia ABK (anak berkebutuhan khusus) yang kelak dikemudian hari semakin dikerucutkan menjadi diagnose dengan tipe – tipe yang lebih spesifik dan penanganan yang modern.
            Pelatihan pertama yang aku ikuti adalah mengenai analisis perilaku terapan (ABA : applied behavior analysis) di Universitas Kristen Atma Jaya.
           
Metode ini menekankan pembentukan perilaku dan kepatuhan anak sehari –hari terhadap perintah-perintah verbal dari orang lain. Aku menggunakan metode ini dalam masa awal penanganan ku pada anak autistic maupun anak dengan gangguan lain selain autistic, dan belakangan kusadari bahwa metode tersebut tidak diperuntukkan untuk semua tipe kasus pada anak.


 
2        Bersama Waktu Aku Menjadi Bisa


            Enam bulan lamanya aku mempraktekkan metode ABA. Dengan mengikuti pelatihan, membaca buku, browsing internet dalam keseharianku demi meraih  cahaya untuk anak – anak spesialku. Pengalaman demi pengalaman aku catat seiring dengan pasien yang aku tangani setiap hari. Bagaimana komentar orang tua saat aku melakukan suatu tindakan aku catat. Sesuatu yang positif aku tanamkan benar-benar agar tidak lupa keesokan harinya. Namun ada pula komentar yang negative…. Ah… lupakan saja… walaupun sulit dan seringkali terbawa dalam lamunanku sebelum tidur.
            Waktu demi waktu kujalani untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak-anak ABK. Karena mereka adalah anak-anak berkekurangan yang memang layak untuk diberikan pertolongan segera, selagi usia emasnya belum berakhir, atau paling tidak dibawah 5 tahun. Sayangnya ada beberapa yang datang dengan usia yang tidak lagi mudah dibentuk, 8,9,10 thun dan seterusnya. Namun apa boleh buat, kita tetap berikan program yang sekiranya dapat membantu dan dapat dikerjakan.
            Pembelajaranku berikutnya adalah tentang metode sensori integrasi. Dalam metode ini kita dibimbing untuk memahami permasalahan sensorik anak (dalam bahasa awam permasalahan panca indera), walaupun dalam prakteknya tidak sedikit yang mengalami permasalahan motorik (gerakan fisik), yang memang merupakan basis keilmuan saya yaitu terapis fisik.
            Memang perbedaan antara metode ABA dan sensori integrasi cukup jauh. Namun ada satu titik temu yaitu pembentukan sikap dan perilaku yang lebih adaptif, melalui jalur yang berbeda antar keduanya.
            Dan keduanya berujung pada kemandirian anak sebagai tujuan jangka panjangnya.
Cukup lama aku menggunakan metode ini untuk bekerja dan menolong anak-anak dengan kebutuhan khusus. Pelatihan demi pelatihan saya ikuti, juga diskusi –diskusi dengan teman. Workshop; baik di dalam maupun diluar negeri. Metode ini cukup pesat berkembang dan banyak kecocokan dengan beragam permasalahan yang melingkupi ABK, karena lebih fleksibel.
            Pergulatanku sehari-hari dengan anak ABK secara tidak langsung memaksa aku untuk masuk ke dunia mereka. Terutama dalam hal perilaku dan respon mereka terhadap pengajaran terapis dan aktifitas apapun. Perilaku merupakan gejala yang paling nampak pada anak abk disamping keterlambatan wicara.

            Sekian waktu menjadi terapis ABA dan SI / sensomotorik cukup bagiku untuk bisa berkomunikasi dengan mereka. Bagaimana mengarahkan minat mereka mulai dari nol hingga mandiri. Karena di dalam kurikulum ABA : Behavioral Intervention for Young Children With Autism: A Manual for Parents and Professionals (Catherine Maurice) maupun di IGS (Individualize Goal Selection) oleh Raymond G. Romanczyk, Stephanie Lockshin and Linda Matey ditulis secara terstruktur dan berupa tahapan – tahapan  bagaimana mengajarkan anak autistic mulai dari duduk mandiri hingga belajar akademik, bina diri dan life skill yang diperlukan bagi kehidupan mereka saat ini hingga nanti.
Bekerja di sebuah center anak membutuhkan kesabaran, ketelitian dan kemauan yang tinggi untuk belajar. Dan yang paling penting adalah menyukai dunia anak beserta permasalahannya.







3        Aku Bergelut Dengan Metode Tak Berujung
           
Sedemikian rumitnya permasalahan pada ABK (anak berkebutuhan khusus) sehingga banyak pakar             yang berusaha memberikan  solusi melalui cara-cara penanganan yang baru. Pada masa itu ( tahun 2000 an) yang terkenal diantaranya pengobatan balur ; upaya mengeluarkan logam berat dan racun pada tubuh anak autistic melalui proses bio-kimiawi pada permukaan tubuh. Juga ada yang menggunakan metode tusuk jarum, pengobatan herbal dan cara lain yang sebagian tidak masuk akal (terapi alternative yang tidak berdasar).
            Juga semakin banyak dan sering diadakannya seminar – seminar dan pelatihan bagi orang tua maupun terapis tentang metode terkini. Ada juga yang disebut biomedical treatment, diet Casein dan Gluten ( CFGF) ; anak dilarang mengkonsumsi tepung terigu dan susu sapi, dengan menggunakan teori alergi.
            Para orang tua dan ada beberapa yang goyah pendirian. Merasa bingung metode mana yang harus diberikan untuk anak kesayangan mereka. Karena terlalu dijejali dengan informasi yang simpang siur tidak mengerti bagaimana kejelasannya, ada juga yang tertipu pada beberapa center yang mengkaryakan terapis tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Nah, disinalah peran kita untuk mengarahkan kepada mereka, bahwa tidak semua metode yang sedang “booming” harus serta merta diterapkan. Yang kadang justru membuat keadaan anak ABK menjadi lebih buruk dan terus memburuk sehingga akan semakin sulit untuk dilakukan koreksi dalam terapi.

            Prinsip yang harus dipegang adalah apakah metode itu membahas tentang teori kematangan otak, teori psikologi anak, teori perkembangan sensorik-motorik , teori pembelajaran-kognitif, dan tidak bertentangan dengan medis, serta hal yang paling penting adalah tidak membuat anak trauma.
            Sesuai atau tidak sesuai sebuah treatment untuk anak ABK, ditandai dengan : peningkatan pada kenyamanan diri anak, perbaikan atensi, ketenangan dan kooperatifitas/ perbaikan perilaku sehari-hari. Sehingga satu metode hebat akan berefek baik pada seorang anak, namun bukan berarti akan cocok dengan anak yang lain. Dikarenakan permasalahan dan kebutuhan yang berbeda bagi perkembangan mereka.
            Untuk menentukan terapi yang paling cocok bagi anak autis pada awalnya perlu dilakukan asesmen atau pemeriksaan menyeluruh terhadap anak itu sendiri. Asesmen itu bertujuan untuk mengetahui derajat keparahan, tingkat kemampuan yang dimilikinya saat itu, dan mencari tahu apakah terdapat hambatan atau gangguan lain yang menyertai. Biasanya terapi yang diberikan adalah terapi untuk mengembangkan ketrampilan-keterampilan dasar seperti, ketrampilan berkomunikasi, dalam hal ini keterampilan menggunakan bahasa ekspresif (mengemukakan isi pikiran atau pendapat) dan bahasa reseptif (menyerap dan memahami bahasa). Selain itu, terapi yang diberikan juga membantu anak autis untuk mengembangkan ketrampilan bantu diri atau self-help, ketrampilan berperilaku yang pantas di depan umum, dan lain-lain. Dengan kata lain, terapi untuk anak autis bersifat multiterapi.

4        Menjadi Propfesional Dalam Tim Penolong

survey pembelajaran luar kelas

            Tahun 2002 aku bergabung dengan tim komite di sebuah center di Jakarta Barat. Tugas tim itu adalah merancang program-program khusus yang bersifat fungsional, bisa dijalankan dan mempunyai efek pada perkembangan anak ABK.
Sebuah tim yang lengkap multiprofesi, seminggu sekali mengadakan meeting membahas perkembangan anak dan mencari solusi jika ada hambatan.
            Didalam tim inilah aku banyak belajar sudut pandang prodesi lain mengenai permasalahan anak dan bukan hanya sudut pandang dari kita saja. Tujuannya adalah selalu memanfaatkan opini kedua (second opinion) dalam menyikapi hambatan pada anak berkebutuhan khusus.
            Pendapat multiprofesi adalah penting agar tidak terjadi kemungkinan kesalahan karena hanya menggunakan satu persepsi saja , dikarenakan permasalahan pada anak ABK adalah tidak sederhana, tapi kompleks, dari mulai permasalahan perilaku, motorik kasar, motorik halus, wicara dan kesulitan dalam hal akademik, maupun terlalu cepat dalam memplajari hal-hal tersebut sehingga ada aspek – aspek lain yang tertinggal.
4
            Tahun demi tahun bergabung dengan tim ini, merasa senang, namun saling membutuhkan dan melengkapi. Program terapi demi program terapi dapat terselesaikan. Bagaimana awal membentuk atensi / konsentrasi pada anak ABK. Mengajarkan mereka untuk meniru, bergerak secara normal, mengajarkan fungsi tangan, bermain motorik kasar dan lain-lain di dalam kelas.
            Hal seru yang pernah aku alami adalah saat membuat program luar kelas berupa pengenalan linkungan . biasanya kami pergi ke pusat perbelanjaan (pasar / mall / supermarket) , hutan , pusat bermain anak dan kebun the di puncak, Jawa Barat.
Dalam acara luar kelas ini, target kita adalah kemampuan anak ABK untuk menggunakan pengetahuan yang di dapat di dalam kelas keluar kelas, dapat juga memberikan rangsangan social dan pengalaman baru, yang bagi sebagian anak ABK merupakan hal penting untuk belajar merespon dengan tepat tugas dan aktifitas luar kelas. Disilah kemampuan mereka kita aplikasikan dalam hal :

-Bagaimana cara mempergunakan alat jual beli berupa mata uang.
-Bagaimana menggunakan alat transportasi umum,
-bagaimana melakukan transaksi di bank,
-bagaimana menggunakan telepon umum dan telepon genggam
-bagaimana mengirim email dan sms
-bagaimana menanam dan memanen tanaman
-bagaimana memasak hasil panen (singkong, jagung)
-bagaimana beraktifitas di dapur
- bagaimana kemandirian memakai pakaian.
-dll

Sedangkan aktifitas di hutan dan di kebun teh biasanya program yang kami berikan adalah :

-mengajarkan survival skill , anak diberi peta untuk mencari sumber mata air (digunakan : air mineral)
-anak diajarkan membuat jembatan sederhana untuk melewati lembah / cekungan berair / sungai
-anak diajarkan mencari buah buahan
-anak diajarkan untuk mampu bermain mainan yang tidak biasa ada dirumah, melainkan permainan di alam
- anak diajarkan survival skill dengan menyeberangi sungai dengan bantuan tali, ketinggian air diatur setinggi lutut anak , berguna saat terjadi banjir ataupun keadaan darurat lain agar anak tidak mudah panik dan tetap dapat memahami instruksi
-anak diajarkan beternak dengan merawat kelinci dalam kandang dan member makan.
-bersama teman-teman melakukan perjalanan dalam 1 wadah armada, sehingga ada interaksi dan kebersamaan.

 
            Pada beberapa anak , menunjukkan respon yang positif saat diajak untuk ikut aktifitas luar kelas, mereka bisa tertawa bebas, berekspresi sesuai dengan perasaan mereka saat itu, juga terbebas dari sekat-sekat kelas yang membuat gerakan mereka menjadi terbatas.

            Senang sekali bisa memberikan sesuatu yang berbeda buat mereka. Dengan upaya seperti inipun terkadang pada beberapa anak masih sulit untuk bisa belajar dari pengalaman mereka. Maka itu, kunci kesabaran harus dukedepankan dan berharap titik peka rangsang mereka segera hidup dalam menyambut seberkas cahaya ini.


5        Tetap Konsisten Menggeluti Profesi


            Tahun 2011 aku meninggalkan tim untuk kemudian bergabung dan membentuk tim baru bersama teman – teman seprofesi. Tujuannya adalah murni sosial / non profit sebagai organisasi profesi ( dalam hal ini “Fisiopedi”). Sementara pekerjaan mengajar sebagai terapis tetap berlangsung dan tidak akan kutinggalkan. Organisasi ini sering menjadi penggerak dalam membuat pelatihan-pelatihan terapis, melakukan bakti sosial ke TK dan PAUD di pinggiran kota Jakarta dengan tujuan untuk mensosialisasikan tema anak berkebutuhan khusus sekaligus bagaimana cara mendeteksinya. Dari organisasi inilah aku bisa memberikan sumbangsih pemikiran untuk pemerintah melalui direktorat keterapian fisik bersama sejawat okupasiterapis dan terapis wicara untuk menyusun pedoman pelayanan keterapian fisik pada tumbuh kembang anak pada bulan November tahun 2012 yang lalu. Senang sekali bisa membantu pemerintah dalam memikirkan anak- anak special di Indonesia.
           
            Menjadi professional di bidang anak akan lebih membahagiakan jika kita memiliki peran yang lebih luas dan tidak hanya terpaku pada terapi nya saja. Terapi memang perlu, namun tidak perlu menjadi tujuan satu – satunya dalam berkiprah untuk anak special. Masih banyak celah dan kesempatan untuk dapat mengembangkan diri dan mencurahkan pemikiran terhadap mereka. Sementara ini yang masih aku kerjakan adalah memberikan terapi paripurna, namun masih terbatas pada golongan orang yang berpendapatan menengah ke atas, sedangkan anak-anak special yang kurang beruntung belum terjangkau olehku, dikarenakan banyak sebab. Aku berharap pemerintah dapat lebih pro aktif tentang kebijakan perterapian agar lebih terjangkau dan merata bagi anak – anak special.
           
Memberikan pelatihan untuk orang tua
            Beberapa orang mendukung aku untuk tetap menekuni pekerjaan ini, karena pekerjaan ini adalah sangat mulia. Kita harus penuh cinta kasih dalam menyentuh mereka.
            Saya berharap semua yang membaca tulisan ini juga tergerak hatinya untuk tetap konsisten memberikan pelayanan terbaik bagi anak dengan kebutuhan khusus. Mari bersama
kita sambut seberkas cahaya itu …… untuk anak special kita….. semoga Tuhan memberkati kita semua.
***